Senin, 08 Juni 2009

Baru Tau Kalo "BH" Bisa Usir Hujan, Gimana Caranya?

Ternyata  Bra  Bisa Usir Hujan Yah..

Cuaca yang susah ditebak membuat panitia acara ketar-ketir. Tak heran, jasa pawang hujan pun makin dibutuhkan. Bagaimana seluk-beluk jasa pawang hujan ini?

Pagi sampai siang panas, tapi sore atau malam bisa saja hujan turun dengan derasnya. Terkadang diikuti dengan embusan angin kencang. Bila hal ini terjadi, bukan tak mungkin acara yang sudah disiapkan secara matang akan terganggu. Terlebih jika acara tersebut dilaksanakan di ruang terbuka alias outdoor.

Agar hal ini tak terjadi, jasa seorang pawang hujan kerap diperlukan. Salah satunya pawang hujan yang kerap diminta bantuan adalah Ebeng Nursahid (58). Sudah 20 tahun, ayah empat anak ini menjalani profesi semacam ini. “Saya sebenarnya enggak suka dipanggil pawang hujan. Pawang itu biasanya dijadikan sebutan untuk orang yang menjinakkan atau menaklukkan binatang buas. Misalnya, pawang harimau, buaya atau ular. Saya, kan. tidak menaklukkan binatang buas. Jadi, saya bukan pawang,” tukasnya saat ditemui di rumahnya di kawasan Bogor, Jawa Barat.

“Saya hanya mendoakan saja, mensyariatkan. Dengan berdoa kepada Allah, agar tidak turun hujan di area yang dipakai sebagai lokasi acara, selama acara berlangsung.” Ebeng mengisahkan, dalam menjalankan aksinya ia tidak menghentikan hujan. “Saya hanya memindahkan hujan yang akan turun di lokasi acara ke lokasi lain yang lebih membutuhkan hujan saat itu,” sambungnya.

Mulut Ke Mulut
Dikisahkan Ebeng, kemampuan yang dimilikinya ini didapatnya secara turun-temurun. “Saya dapat dari Kakek, saya lalu mempraktikkannya diam-diam. Kalau ada tetangga yang menggelar hajat, saya coba. Niat saya hanya ingin membantu orang banyak saja. Tanpa diminta pun kalau ada tetangga atau orang yang saya kenal sedang melaksanakan acara, pasti saya bantu. Hal ini masih saya lakukan sampai sekarang. Saya juga enggak pernah meminta bayaran,” tuturnya.

Rupanya setelah Ebeng sukses banyak orang yang minta tolong memindahkan hujan. ”Jadi promosinya dari mulut ke mulut. Makin hari makin banyak yang datang ke saya,” beber pria berdarah Cirebon, Jawa Barat ini.

Ebeng banyak mendapat job dari orang yang hendak hajatan pernikahan. Kliennya datang dari masyarakat biasa sampai artis. ”Dari seringnya membantu di acara-acara semacam itu saya kemudian berkenalan dengan Ibu Tien Santoso, perias pengantin. Sehingga saya kerap diajak Ibu Tien Santoso,” paparnya seraya tersenyum.

Seiring waktu, berbagai acara seperti panggung musik sampai acara peresmian ditangani Ebeng. Bahkan beberapa kali pria berbadan besar ini ikut menangani acara yang dihadiri RI 1 dan RI 2. “Pernah pula saya diminta membantu kelancaran syuting film,” ujarnya saat ditemui Tabloid Nova.

Menangani acara yang dihadiri orang nomor satu di negara ini menurutnya susah-susah gampang. “Sebelumnya saya harus lapor dulu ke satuan pengaman, paling tidak untuk memperkenalkan diri. Saya juga dapat identitas khusus dari panitia acara, sehingga bisa menjalankan tugas saya dengan nyaman.”

Kalau tidak begitu, “Pernah saya ditegur sama petugas keamanan, mungkin karena mereka curiga dengan saya. Kan, setiap kali bertugas saya harus jalan berkeliling lokasi acara. Tapi itu dulu, sekarang hampir semua petugas keamanan yang biasa mengikuti RI 1 dan RI 2 sudah kenal dengan saya,” tukasnya.

TAK hanya memindahkan hujan, “Suatu waktu saya juga pernah dimintakan tolong untuk mendatangkan hujan. Salah satunya ketika Bogor dikunjungi oleh seorang Presiden Luar Negeri. Ketika itu saya diminta untuk menurunkan hujan untuk menghalau unjuk rasa.”

Pria pensiunan sebuah BUMN yang bergerak di bidang Gas dan Minyak ini pun semakin dikenal. Tak hanya dikalangan tetangga, tapi juga di perusahaan tempatnya bekerja. “Terkadang saya ikut ke lokasi penambangan atau lokasi peresmian gedung atau proyek di berbagai daerah di Indonesia. Kadang juga di beberapa acara kantor departemen memakai jasa saya,” akunya.

Acara yang ditanganinya juga tak terbatas di Jawa. “Saya juga pernah diajak ke Sumatera dan Bali. Acaranya juga semakin beragam, misalnya saat ada UN Climate Change Convention di Bali, saya pun diundang ke Bali. Saya ditugaskan di Pulau Nusa Penida selama satu minggu untuk membantu kelancaran proses pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB).”

Selama seminggu, ia menghadapi dilema. “Di satu sisi saya harus memindahkan hujan agar pembangunan berjalan sesuai jadwal, tapi di sisi lain masyarakat pulau itu membutuhkan hujan. Soalnya mereka hanya mengandalkan hujan untuk mendapatkan air bersih. Selain itu tak jauh dari lokasi PLTB ada perkebunan Jarak yang juga membutuhkan hujan,” imbuhnya.

“Saya lalu berdoa kepada Allah agar diberikan yang terbaik saja. Alhamdulillah, kalau pun hujan, hujannya itu sore hari dan hanya rintik-rintik. Dengan begitu, semuanya merasa diuntungkan,” ucapnya.

Beberapa kali, Ebeng diajak ke lokasi penambangan. “Paling banyak di wilayah Sumatera. Saya membantu agar tidak hujan, karena kalau hujan tanah di sana itu tidak bisa dilewati kendaraan-kendaraan berat.”

Selama menjalani profesi ini, ia mengaku memang tidak selalu sukses. “Saya hanya mendoakan, meminta kepada Allah sesuai dengan ajaran agama. Semuanya kembali kepada Allah. Kalau pun hujan atau tidak hujan itu semua kehendak Allah. Allah tahu yang terbaik untuk umatnya, kan? Karena itu pula, saya enggak pernah meminta bayaran atau pasang tarif. Saya ikhlas.”

Sesuai dengan agama pula, “Dalam melaksanakan tugas, saya enggak pakai syarat macam-macam. Hanya berdoa saja kepada Allah. Kalau pun ada yang pakai syarat itu tergantung dengan orangnya saja. Karena memang ilmu semacam ini sudah ada dalam kebudayaan kita sejak lama. Jadi, ragamnya banyak. Misalnya ada yang harus puasa, pakai sapu lidi atau melempar celana dalam ke atas genteng,” tukasnya.

Satu Paket
Hj. Emma Malapermas (66), juga kerap diminta untuk membantu kelancaran acara. Sudah lebih dari 30 tahun, ibu 13 anak ini menjalani profesi seperti ini. “Saya sebenarnya enggak bisa apa-apa. Saya hanya memohon kepada Allah, ikut mendoakan keinginan orang. Jadi kalau ditanya bagaimana dan cara apa yang saya pakai? Ya, enggak ada yang lain selain berdoa,” ungkap Ibu dari Joice Elvira mantan penyanyi cilik era 90-an itu.

Sama seperti Ebeng, Hj. Emma juga mendapat kemampuan memindahkan hujan secara turun-temurun. “Yang datang menemui saya untuk minta didoakan semakin banyak dan tak hanya mengenai pawang hujan. Ada yang datang untuk minta jodoh, kenaikan pangkat dan sebagainya. Alhamdulillah banyak yang berhasil,” terang perempuan berdarah Subang, Jawa Barat ini.

Bagi mereka yang ingin mengadakan acara, “Ada yang minta tolong kepada saya secara keseluruhan. Dari mencari tanggal baik, bentuk undangan dan lain-lain yang intinya supaya hajat berjalan sukses dan lancar. Kalau pun ada syarat, setiap orang berbeda dengan orang yang lain. Tergantung apa yang saya lihat usai doa bersama nanti.”

Khusus untuk menolak hujan, “Air doa yang saya berikan di taruh di BH lalu ditaruh di atap rumah,” imbuh Hj. Emma yang tak pernah memasang tarif ini.

Yang jelas, “Apapun yang diminta orang, saya hanya bisa mendoakan saja. Enggak ada kemenyan atau syarat lain. Hanya dengan air putih saja. Kita sama-sama berdoa kepada Allah lalu air putihnya diminum, itu saja. Insya Allah keinginannya akan terkabul,” kata perempuan berkacamata itu.

Bukan hanya mereka yang ingin mengadakan acara saja, “Pihak kepolisian juga kadang datang untuk memecahkan sebuah kasus. Kadang ada yang bertanya lokasi kendaraan bermotornya yang hilang dicuri atau ingin sembuh dari penyakit,” katanya.

Jaman sudah canggih, serba otomatisasi dan digital yang beginian yang nggak kejangkau rasio kok ya masih ada ya? aneh tapi memang ada… * NOVA*

ruanghati.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar